Jumat, 29 April 2011

Mulailah Memberi

Bila tak seorang pun berbelas kasih pada kesulitan kita. Atau, tak ada yang mau merayakan keberhasilan kita. Atau tak seorang pun bersedia mendengarkan, memandang,  memperhatikan apa pun pada diri kita. Jangan masukkan ke dalam hati. Manusia selalu disibukkan oleh urusannya sendiri. Manusia kebanyakan mendahulukan kepentingannya sendiri. kita tak perlu memasukkan itu ke dalam hati. Karena hanya akan menyesakkan dan membebani langkah kita.

Ringankan hidup kita dengan memberi pada orang lain. Semakin banyak kita memberi semakin mudah kita memikul hidup ini.

Berdirilah di depan jendela. Pandanglah keluar. Tanyakan pada diri sendiri, apa yang bisa kita berikan pada dunia ini. Pasti ada alasan kuat mengapa kita hadir di sini.

Bukan untuk merengek atau meminta dunia menyanjung ktta. Keberadaan kita bukan untuk kesia-siaan. Bahkan seekor cacing pun dihidupkan untuk menggemburkan tanah. Dan, sebongkah batu dipadatkan untuk menahan gunung. Alangkah hebatnya kita dengan segala kekuatan yang tak dimiliki siapapun untuk mengubah dunia. Itu hanya terwujud bila kita mau memberikannya.

Aku melempar sekulum senyum
senyumku berlayar jauh…….
di samudera kehidupan yang luas ini…
dan..
jauh lebih banyak lagi dari yang dapat aku hitung
ternyata ia kembali berlayar menuju aku!!!!!!!!!

Aku kirimkan sebuah pikiran tentang kebahagiaan,
ke tempat dimana dia amat sangat dibutuhkan
dan…
segera sesudahnya.. .
Aku temukan kebahagiaan itu tumbuh bertambah dalam gudangku sendiri

Dengan bijaksana aku bagikan hartaku yang tidak seberapa
keping-keping emas yang ku peroleh dengan susah payah..
dan …
tiba-tiba… uang itu mengalir kembali seratus kali lipat dalam petiku

Aku membantu orang lain mendaki sebuah bukit..
hal sepele saja
dan..
toh hal itu tetap membawa berkah melimpah buatku
suatu persahabatan baru

Setiap hari aku berpikir saat aku bangun
Bagaimana aku bisa mendapatkan sesuatu?
Tapi yang aku tahu…
Dengan memberilah.. .aku akan menerima..

Kutepuk sebelah tangan sementara berbisik,
"Awan-awan itu akan pergi"
dan aku merasakan hidupku sangat penuh berkat
sepanjang jam-jam  di setiap waktuku.


Sumber Facebook

Foto Di Atas Meja

Seorang artis tengah dirundung malang. Lantaran mencandu narkoba, ia terserang penyakit maut HIV. Kini ia tergolek sekarat di rumah. Seorang teman datang mencoba menghibur dan meneguhkan imannya. Namun dosa-dosa yang telah diperbuat membutakan mata si artis. Ia putus asa.

"Aku berdosa," akunya memelas, "Aku telah menghancurkan hidupku dan kehidupan banyak orang di sekelilingku. Kini aku akan tersiksa di neraka. Tak ada lagi yang bisa kuperbuat."

Dari sisi tempat tidurnya, sang teman melihat sebuah potret gadis kecil yang cantik terpigura di atas meja. "Ini foto siapa?" katanya. Mendengar pertanyaan itu sang artis antusias, semangat hidupnya tergerak kembali "Oh, itu foto putriku. Dialah mutiara hidupku, ia satu-satunya yang indah dalam hidupku."

"Apakah kamu akan menolongnya bila ia mendapat kesulitan, atau melakukan kesalahan? Maukah kamu memaafkan dia? Apakah kamu masih mencintainya? "

"Tentu saja." Jawab sang artis antusias. "Aku akan lakukan apapun demi dia. Mengapa kau lontarkan pertanyaan seperti ini?"

"Saya ingin kau tahu," jawab sang teman, "bahwa Tuhan juga memiliki foto dirimu di atas meja-Nya."

Wajah artis itu terkesiap. Sudah terlalu lama ia tidak mendengar kata Tuhan, apalagi mengucapkannya.

Sastrawan Rusia, Leo Tolstoy, dalam karyanya Last Diaries pernah menulis, kamu selalu saja berpikir tentang orang lain, padahal Tuhan selalu memikirkan kamu. Apalagi sesungguhnya, Tuhan itu sering mengunjungi kita, namun kita kerap kali tidak ada di rumah.


Sumber Facebook

Jumat, 22 April 2011

Cerita Paskah


Edith Burns adalah seorang wanita Kristen yang luar biasa, tinggal di San Antonio. Ia memiliki kebiasaan memperkenalkan dirinya sendiri kepada semua orang.

“Hallo, nama saya Edith Burns. Apakah Anda mempercayai Paskah?” demikian ia selalu bertanya.

Selanjutnya, ia akan menjelaskan arti Paskah pada orang yang ditemuinya, dan melalui dia banyak orang percaya.

Suatu ketika laporan laboratorium mengatakan bahwa Edith terkena kanker, dan tidak akan bertahan hidup lebih lama. Namun, semua orang di tempat dia dirawat kagum padanya kecuali Phyllis Cross, kepala perawat.

Suatu pagi, dua perawat yang seharusnya menjaga Edith berhalangan masuk. Phyllis Cross terpaksa menggantikan mereka. Ketika dia masuk kamar Edith, Edith memberikan senyum lebar dan berkata,

“Phyllis, Tuhan mengasihimu, dan aku telah berdoa bagimu.”

“Hentikan saja doamu karena tidak ada gunanya bagiku,” jawab Phyllis. “Baiklah , aku akan berdoa meminta agar Tuhan tidak memanggilku sebelum kamu bertobat…”

“Kamu tidak akan pernah mati karena hal itu tidak akan pernah terjadi potong Phyllis lalu segera meninggalkan ruangan.

Sesudah peristiwa itu, setiap kali Phyllis Cross melintasi ruangannya , Edith selalu berkata,

“Tuhan mengasihimu, Phyllis. Saya juga mengasihimu, saya berdoa

bagimu.”

Suatu hari Phyllis Cross seperti ditarik magnet masuk ke ruangan Edith.

Edith segera menyambutnya, “Saya sangat senang kamu mau datang, sebab Tuhan telah berkata kepadaku bahwa ini merupakan hari khususmu.”

“Edith, kamu bertanya pada setiap orang disini, apakah Anda mempercayai Paskah. Tetapi kamu tidak pernah menanyakannya padaku.”

“Phyllis, sebenarnya saya ingin, tapi Tuhan berkata padaku untuk menunggu sampai kamu meminta, dan sekarang kamu telah memintanya.”

Edith Burns lalu mengambil Alkitabnya.

Ia bercerita dengan Phyllis Cross mengenai Paskah, mulai dari kematian sampai kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Sesudah itu, ia bertanya,

“Phyllis, percayakah kamu pada Paskah? Percayakah kamu bahwa Tuhan Yesus hidup dan Dia ingin tinggal di dalam hatimu?”

“Saya percaya dengan segenap hati, dan saya menginginkan Yesus tinggal dalam hidup saya.” jawabnya mantap.

Phyllis Cross berdoa dan mengundang Yesus kristus masuk dalam hatinya.

Pada hari Minggu Paskah, Phyllis Cross datang ke rumah sakit. Dia ingin mengunjungi Edith, memberikan bunga Lili, serta mengucapkan selamat Paskah.

Namun, ia terlambat. Edith telah berbaring tak bernyawa. Alkitab bersampul hitam ada di pangkuannya. Tangan kirinya ada di atas Yohanes 14:

“Di rumah Bapa-ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya tempat di mana Aku berada kamu pun berada.”

Tangan kanannya ada di atas Wahyu 21:4 :

“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”

Ada senyum manis di wajahnya.

Phyllis Cross menatap tubuh Edith, dan mengangkat wajahnya ke atas. Air mata mengalir di pipinya, dan dia berkata,

“Selamat Paskah, Edith!”

Phyllis Cross meninggalkan Edith dan berjalan keluar. Saat bertemu dengan dua siswa perawat, ia berkata,

“Hai, nama saya Phyllis Cross. Apakah kamu percaya pada Paskah?”

Tuhan, kami percaya bahwa Engkau telah bangkit.



Sumber Facebook