Minggu, 28 Agustus 2011

Kisah Pohon Apel


Suatu ketika, sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yg senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, n tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel. Demikian kian pula pohon apel sangat mencintai anak itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar n tidak lg bermain-main dgn pohon apel setiap harinya. Suatu hari, ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

Pohon apel : ayo kesini, bermain-main lg dgnku
Anak kecil: aku bukan ank kecil yg bermain-main dgn pohon lagi. Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tidak punya uang untuk membelinya.
Pohon apel : duhh, maav akupun tak punya uang. Tetapi, kamu dpt mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan sukacita. Namun, setelah itu anak lelaki itu tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

Pohon apel : ayo, bermain-main denganku lagi.
Anak lelaki : aku tak punya waktu, aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tinggal. Maukah kau menolongku?
Pohon apel : duhh, maav aku pun tal punya rumah.tapi, kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat sukacita menyambutnya.

Pohon apel : ayo, bermain-main lagi denganku.
Anak lelaki : aku sedih. Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi libur dan berlayar. Maukah kau memberiku sebuah kapal untuk pesiar?
Pohon apel : duhh, maav aku tak punya kapal. Tapi kau boleh memotong batang tubuhku untuk membuat kapal yang kau mau. Pergi berlayar dan  bersenang-senanglah.

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkan. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, ank lelaki itu datang serelah bertahun-tahun kemudian.

Pohon apel : maav anakku. Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.
Anak lelaki : Tak apa. Akupun sdh tak memiliki gigi untk menggigit buah apelmu.
Pohon apel : aku juga tak memiliki batang dan dahan yg bisa kau panjat.
Anak lelaki : sekarang aku sudah terlalu tua untuk itu.
Pohon Apel : (sambil menitihkan air mata) aku benar2 tak memiliki apa2 lagi yg bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yg sudah tua dan sekarat ini.
Anak lelaki : aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang. Aku hanya memerlukan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.
Pohon apel : oohhh.. bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring dipelukan akar-akar dan beristirahatlah dengan tenang.
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air mata.
***
Ini adalah cerita ttg kita semua. Dan pohon apel adalah orang tua kita. Ketika kita masih kecil kita, kita senang bermain dengan papa dan mama kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datng ketika kita memerlukan sesuatu atau kesulitan. Tak peduli apapun, orang tua kita akan selalu ada disana utk memberi apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kita mungkin berpikir bahwa anak lelkai itu sangat kejam pada pohon apel itu. Namun, begitula cara kita memperlakukan orangtua kita.
Karena itu, cintailah orgtua kita. Sampaikan pada orgtua kita betapa kita mencintai dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikan pada kita.



Sumber Facebook.com