Jumat, 22 Juli 2011

Lihatlah Kebaikan Orang lain

Anjuran ini sama sekali tidak bermaksud agar kita selalu menyenangkan orang lain, karena sebenarnya kita takkan mampu melakukan hal itu. Namun agar hidup kita lebih produktif, lebih efektif, dan lebih ringan. Bila semua orang senang mencari-cari sisi buruk orang lain, maka dunia akan penuh dengan kebingungan. Kita akan berhadapan dengan puluhan nasehat, ratusan saran bahkan ribuan caci-maki. Hal ini berlaku pula pada diri kita.

Selalu melihat keburukan orang lain, membuat hidup kita menjadi kusam. Sedangkan dengan melihat kebaikan orang lain, hidup menjadi menyenangkan. Kita akan mempunyai lebih banyak waktu untuk menikmatinya.

Kulit jeruk terasa pahit. Sedangkan isi jeruk terasa manis menyegarkan. Bukankah kita belajar dari alam? Kita mengupas dan menyingkirkan kulit jeruk yang pahit untuk mereguk kesegaran buah jeruk. Kita tak menyukai keburukan maka singkirkan. Kita mencari kebaikan maka carilah. Dan temukan itu pada setiap orang yang hadir dalam hidup kita .


Jumat, 15 Juli 2011

Sang Gadis Penyendiri

Telanjang kaki dan kotor, si gadis hanya duduk dan mengamati orang-orang lewat. Ia tak pernah mencoba untuk berbicara, ia tak pernah mengatakan sepatah kata pun. Banyak orang berlalu, tetapi tak seorang pun berhenti. Begitulah terjadi, hari selanjutnya saya memutuskan untuk pergi kembali ke taman, di hari selanjutnya saya memutuskan untuk kembali ke taman, penasaran jika sang gadis kecil masih berada di situ. Tepat di tempat yang sama ketika ia berada di hari kemarin, ia duduk di tempat yang agak tinggi, dengan wajah termurung di matanya.

Hari ini saya melakukan gerakan pertama saya dan berjalan menghampiri si gadis kecil. Seperti yang kita semua tahu, sebuah taman penuh dengan orang asing yang adalah bukan tempat yang baik untuk anak kecil bermain sendiri. Sebagaimana saya mulai berjalan menghampiri dirinya, saya bisa melihat di balik pakaian si gadis kecil punggungnya memiliki kelainan. Saya merasa itulah alasan orang-orang hanya melewatinya saja dan tidak melakukan apapun untuk menolong. Sebagaimana saya mendekat, si gadis kecil memalingkan matanya untuk menghindari pandangan saya yang intens. Saya bisa melihat bentuk punggungnya lebih jelas. Bentuknya sangatlah bungkuk.

Saya tersenyum kepadanya agar ia tahu bahwa itu baik-baik saja, saya berada disitu untuk menolong, untuk berbicara dengannya. Saya duduk di sampingnya dan membuka percakapan dengan Hello yang sederhana. Si gadis kecil terlihat terkejut dan dengan gagap sebuah "hai" setelah menatap lama kedua mata saya. Saya tersenyum dan ia dengan malu-malu tersenyum kembali. Kami berbicara hingga hari menjadi gelap dan taman pun menjadi kosong melompong. Semua orang telah pergi dan kami pun akhirnya tinggal berdua saja.

Saya bertanya kepada si gadis kecil mengapa ia sangat begitu sedih. Si gadis kecil melihat kepada saya dan dengan wajah sedih berkata, "Karena saya berbeda."

Saya dengan cepat berkata, "Anda memanglah begitu!" dan tersenyum.

Si gadis kecil terlihat lebih kecil, ia berkata, "Ya, Anda pun tahu."

"Gadis kecil," ujar saya, "Anda mengingatkanku kepada seorang malaikat, manis dan lugu."

Ia menatap saya dan tersenyum, dengan pelan ia berdiri, dan berkata, "Benarkah?"

"Ya sayang, kamu seperti malaikat penjaga kecil yang dikirimkan untuk mengamat setiap orang yang berjalan berlalu."

Little Angelia menganggukkan kepalanya "ya" dan tersenyum, dan dengan itu ia melebarkan kedua sayapnya dan berkata, "Memang. Sayalah malaikat penjaga Anda," dengan sebuah kerlipan dimatanya.

Saya tak bisa berkata apa-apa. Sudah pasti saya baru saja melihat hal yang ajaib. Katanya, "Anda telah berpikir bagi orang lain daripada diri Anda sendiri, tugas saya disini telah selesai."

Lalu saya pun langsung berdiri dan bertanya, "Tunggu, lalu mengapa tak seorang pun berhenti untuk menolong seorang malaikat?"

Ia menatap saya dan tersenyum, "Andalah satu-satunya yang dapat melihat saya, dan Anda mempercayai itu dalam hati Anda." Dan ia pun pergi.

Dan dengan itu hidup saya pun berubah dramatis. Maka, ketika Anda berpikir bahwa Anda hanya memiliki diri Anda sendiri, ingatlah, ada penghuni Surgawi yang selalu mengamati Anda. Anda tak sendiri. Ada hal besar yang tak terlihat, dan itu adalah hati setiap orang.

Tuhan memberkati.


Hadapi dan Kalahkan Masalahmu

Masalah dapat tiba-tiba datang dalam kehidupan kita, tetapi sudah waktunya kita berdiri, menghadapi dan mengalahkannya. Kita dapat belajar dari Raja Yosafat yang ketika itu sedang mengatur bangsanya. Tiba-tiba dia mendengar 3 kekuatan bani Amon dan bani Moab dan sepasukan orang Meunim akan maju hendak menghancurkan Israel. Yosafat yang takut mendengar berita ini memutuskan untuk mencari Tuhan.

Bagaimana sikap kita pada waktu menghadapi masalah?

1. Jangan takut dan terkejut (2 Tawarikh 20:15)
Artinya: Hadapi saja masalah itu karena Tuhan menyertai kita. Tuhan akan memberikan kemenangan, terobosan, mujizat, membuka jalan bagi kita. Ia akan memulihkan kita, hanya apabila kita mau menghadapi masalah kita. Tuhan begitu yakin dan percaya bahwa kita akan menang karena Tuhan TELAH melakukan bagian-Nya untuk membuat kita menang, dengan mati di kayu Salib! Yesus mengatakan ”SUDAH SELESAI”. Kalimat ini tertulis dalam Yohanes 19:30, dikonfirmasi lagi di kitab Wahyu 16:17.

Masalah memang harus kita hadapi. Ini bagian yang harus kita lakukan. Masalahnya adalah “Apakah engkau percaya?” (Markus 9:14-24). Karena bagi orang yang percaya, segala sesuatu adalah mungkin! Kita harus percaya bahwa kita bisa keluar dari masalah itu dan keadaan bisa berubah.. Ada mujizat yang bisa terjadi dalam hidup kita. Satu hal yang harus kita sadari adalah bahwa masalah tidak sama dengan Tuhan! Artinya Tuhan lebih besar dari masalah kita!

2. Ada kuasa dalam kesepakatan (Matius 18:19)
Kita harus sepakat dan berada di pihak Tuhan. Kita harus sepakat dengan Tuhan dalam pikiran, perkataan dan tindakan kita. Apapun keadaan yang sedang kita hadapi, ingat dan sepakat dengan janji firman Tuhan. kita harus hidup dengan kesadaran bahwa kita adalah PEMENANG yang penuh dengan berkat dan kemurahan Tuhan! Jangan pikirkan masalahnya tetapi fokus kepada apa yang Tuhan akan lakukan bagi kita (Ibrani 12:2). Percaya bahwa segala sesuatu ada dalam kendali Tuhan. Apabila kita tunduk kepada Tuhan, maka masalah tidak ada pilihan lain selain pergi dari hidup kita (Yakobus 4:7). Tuhan tidak pernah merancang kita untuk lari dari masalah kita. Tuhan telah memberikan senjata peperangan dimana semua itu untuk melindungi tubuh bagian depan kita! Jadi apabila kita melarikan diri, tidak ada senjata Tuhan yang akan melindungi tubuh bagian belakang kita (Efesus 6:14-17).

Ibrani 10:38-39
Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.

Tuhan memberkati.



Jangan Takut, Percaya Saja

Ketika memohon belas kasihan Tuhan, ketika datang kepada Yesus menyampaikan segala sesuatu pergumulan hidup yang dialami, ada banyak hal yang berusaha membuat kita menjadi tawar hati, takut, ragu dan tidak percaya kepadaNya. Mungkin teman, mungkin keluarga, mungkin istri, mungkin anak atau mungkin orang-orang di lingkungan sekitar membuat kita demikian, menjadi takut, ragu dan tidak percaya.

Ada satu cerita mengenai seorang ayah yang bergumul untuk kesembuhan anak perempuan satu-satunya, anak semata wayangnya dan yang dikasihinya sedang sakit dan hampir mati. Orang yang bernama Yairus ini yang adalah seorang kepala rumah ibadat datang tersungkur di depan kaki Yesus memohon kepada-Nya agar sudi kiranya melawat dia dan menyembuhkan anaknya. (Lukas 8:41). Tapi dalam perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan, ada seorang anggota keluarga yang datang dan menyampaikan kepadanya agar berhenti saja memohon kesembuhan kepada Yesus dan tidak lagi menyusahkanNya, karena hal itu adalah sia-sia berhubung anaknya sudah mati.(ayat 49). Betapa memilukan sebenarnya kondisi kepala rumah ibadat ini mendengar hal tersebut. Imannya mulai goyah, dia menjadi ragu dan dia menjadi tidak percaya kepada Yesus.

Saudara, apa yang dialami Yairus ini sering terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita datang kepada Yesus memohon belas kasihanNya untuk diberikan seorang anak, ada orang lain yang berkata bahwa kita tidak mungkin punya anak karena kondisi rahim yang sakit, karena sudah tua, karena mandul dan lain sebagainya. Ketika kita datang kepada Yesus dan bergumul untuk karir dalam pekerjaan yang belum meningkat, ada teman sejawat yang berkata bahwa karir tidak akan dapat lagi meningkat karena sudah mentok, karena tidak ada yang peduli dan lain sebagainya. Ketika kita datang kepada Yesus untuk memulihkan kehidupan rumah tangga dan kehidupan ekonomi keluarga, ada orang lain yang datang dan mengatakan bahwa kondisi ekonomi dunia memang sedang goncang, sedang susah dan tidak mungkin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan lain sebagainya. Ketika kita datang kepada Yesus untuk dapat mengampuni dan menghapus kesalahan kita di masa lalu, ada teman yang datang mengatakan bahwa Yesus tidak mungkin bisa mengampuni dan menebus dosa kita karena Dia manusia biasa.

Ada begitu banyak hal yang dapat membuat kita menjadi tidak percaya dan menggoyahkan iman kita kepadaNya. Ada begitu banyak kondisi yang membuat kita menjadi tawar hati, kecut hati, takut dan menjadi mundur dari percaya pada Yesus. Tapi Tuhan Yesus mendengar seruan kita, Tuhan Yesus peduli kepada kita dan Dia berkata agar kita jangan takut dan percaya saja kepadaNya (Lukas 8:50). Ketika kita bergumul dan berdoa kepadaNya dengan tiada jemu-jemu dan melelahkan, Dia akan memberikan kekuatan dan Roh Kudus akan mengingatkan kita agar tetap percaya kepada-Nya. Roh Kudus akan berkata kepada kita : "JANGAN TAKUT, PERCAYA SAJA", maka mujizat pun terjadi dan Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Tuhan Yesus memberkati.


Rabu, 13 Juli 2011

Kisah Penjual Keledai

Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang tua bernama Matahari Tua, beliau tinggal bersama putranya yang bernama Matahari Kecil. Suatu hari, Matahari Tua dan Matahari Kecil pergi ke pekan raya di kota untuk menjual keledainya. Seorang perempuan melihat mereka dan tertawa, "Kalian berjalan membawa keledai. mengapa kalian tak menungganginya? Kalian berdua benar-benar bodoh!" "Perempuan itu benar," kata orang tua itu kepada putranya, "Kita berdua sungguh bodoh." Maka Matahari tua naik ke punggung keledai, dan Matahari Kecil berjalan mengikuti di belakangnya. Tak berapa jauh beranjak, mereka berjumpa seorang perempuan tua. Begitu ia melihat Matahari Tua menunggang keledai ia berseru kepadanya, "Hey, ini tidak benar. Kamu menunggang keledai dan membiarkan bocah kecil itu berjalan kaki di belakangmu." "Benar juga. ada benarnya perkataan perempuan tua itu." Tukas Matahari Tua dan iapun segera melompat turun dari punggung si keledai lalu membiarkan putranya naik.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka melihat seorang lelaki sedang bekerja di ladang yang berteriak: "oi oi, kau, anak muda berpikiran pendek anak semuda engkau menunggang keledai dengan enaknya dan membiarkan orang tua ini berjalan kaki.""Ah, Tepat juga perkataannya," ujar Matahari kecil kepada dirinya sendiri, "Aku betul-betul pendek pikir." Segeralah ia melompat turun dari punggung keledai. Matahari Tua dan Matahari Kecil segera berdiskusi tentang bagaimana caranya membawa keledai mereka ke pekan raya di kota tanpa ada lagi orang yang mengkritik mereka. "Aku punya ide," kata Matahari Kecil,"kita berdua menunggang keledai itu, dengan demikian tak ada orang yang dapat berkata apapun." "Ide yang bagus," ucap Matahari Tua setuju, "Sungguh ide yang bagus "Segera mereka berdua menunggangi keledai itu. "Apa! Kalian gila?" dua orang pejalan kaki berseru marah, "Lihat itu, dengan dua orang berada di atas punggungnya, tak lama lagi keledai itu akan mati kecapaian."

Ketika Matahari Tua dan Matahari kecil mendengar seruan itu mereka merasa bersalah. Langsung saja mereka melompat dari atas keledai dan berkata, "Benar juga, kita berdua memang gila." Kali ini mereka benar-benar kehilangan akal dan tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba Matahari Kecil berkata, "Aku punya ide! Bagaimana kalau kita yang memanggul keledai itu." matahari Tua tersenyum mendengarnya dan berkata: "Ide yang bagus, Ide yang bagus." Matahari Tua dan Matahari Kecil segera memanggul keledai mereka dengan sebilah bambu dan membawanya ke pekan raya. Dalam perjalanan menuju pekan raya tubuh mereka berdua basah kuyup oleh keringat. Ketika sekelompok anak-anak melihat bagaimana Matahari Tua dan Matahari Kecil membawa keledai itu, mereka semua tertawa terbahak-bahak. "Ha, Ha...., cepat sini lihat ini, dua orang ini tidak menunggangi keledainya, tapi justru keledainya yang menunggangi mereka. Itu benar-benar luar biasa....ha, ha, ha.

Terlalu mendengarkan pendapat orang lain dan menelannya mentah-mentah justru akan merepotkan kita.



Senin, 11 Juli 2011

Telur Yang Kosong (sebuah kisah nyata)

Jeremy terlahir dengan tubuh yang bengkok, dan otak yang lambat kerjanya. Saat umur 12, ia masih dikelas 2, tampaknya tak mampu untuk belajar. Pengajarnya, Doris Miller, sering dibuat mendongkol dan jadi jengkel. Seenaknya ia meng-geliat2 sesukanya dibangku, ngiler, air liur bertetesan dan berbunyi aneh2 - mengorok!

Terkadang, mendadak ia berbicara jelas dan berbunyi tersendiri, seakan ada seberkas sinar terang memasuki kegelapan otaknya. Namun, secara umum, Jeremy ini lebih sering jadi iritasi bagi gurunya.

Suatu hari ia memanggil orang tuanya, meminta mereka datang untuk berkonsultasi. Saat pasutri Forester memasuki ruang kelas yang kosong itu, Doris berkata pada mereka, "Jeremy betul2 butuh tinggal dalam sebuah sekolah yang 'khusus'. Tidak fair dan kurang adil baginya kalau dikumpulkan dengan anak2 yang lebih muda yang tak bermasalah untuk belajar. Coba, umurnya kan beda 5 tahun lho, dengan murid2 lainnya."

Bu Forester menangis diam2, menutupi dengan tisu, sementara suaminya berbicara. "Nona Miller," katanya, "Dekat2 sini tidak ada SLB seperti itu. Lagian, akan menjadi suatu kejutan dan pukulan berat bagi Jeremy bila kami harus mengeluarkannya dari sekolah ini. Kami tahu ia sangat suka disini." Doris masih tinggal duduk lama sekali setelah mereka itu pergi, menatap kosong lewat jendela memandangi salju diluar.

Dinginnya seakan menyusup kedalam jiwanya. Betapa inginnya ia bersimpati dengan suami istri Forester. Bagaimanapun juga, satu2nya anak mereka berpenyakit yang tak tertolongkan. Sebaliknya, kurang adil pula menahannya dalam kelasnya. Ia masih punya 18 anak2 kecil lainnya yang harus diajar, sedang Jeremy ini menjadi pengalih perhatian.

Lagipula, ia tidak bakalan bisa belajar membaca maupun menulis. Buat apa memboroskan lebih banyak waktu lagi untuk mencoba? Sementara ia merenungkan situasi ini, rasa bersalah seakan meliputi dirinya. "Ah, apaan sih, kok aku disini ngomel dan komplain, padahal masalah2ku kan tidak berarti dibandingkan apa yang ditanggung keluarga naas itu," pikirnya. "Ya Tuhan, tolonglah agar aku bisa lebih bersabar dengan Jeremy." Sejak hari itu, ia benar2 berusaha keras mengabaikan segala bunyi2an aneh dan pandangan2 mata Jeremy yang kosong hampa.

Kemudian suatu hari, bersusah payah ia menghampiri mejanya, menyeret kaki cacatnya di belakang dia. "Bu Miller, saya cinta padamu," serunya, begitu keras sehingga terdengar oleh seluruh kelas. Murid2 lainnya dengan suara gelak ramai, tertawa ter-kekeh2, dan wajah Doris pun berubah jadi merah. Tergagap ia berkata balik, "I-iya... Ibu tahu, i-itu baik sekali, Jeremy. T-tapi k-kau sekarang kembali duduk lagi ya..."

Musim semi akhirnya tiba, dan anak2 begitu asyik membicarakan datangnya Paskah. Doris menceritakan kisah Yesus, lalu untuk menekankan wacana adanya kehidupan baru yang melompat keluar, ia memberikan setiap murid sebuah telur plastik besar. "Jadi, sekarang ini," katanya pada mereka, "saya ingin kalian masing2 bawa pulang ini dan jangan lupa besok dibawa balik kesekolah, dengan mengisi sesuatu didalamnya yang menunjukkan kehidupan baru. Semua mengerti?"

"Iya, mengerti Buuuu," semua anak2 sekelas menyahut bergairah sekali, kecuali Jeremy. Ia mendengarkan penuh perhatian, matanya tak pernah lepas dari wajahnya. Ia bahkan juga tidak mengeluarkan bunyi2an yang biasanya aneh. Apakah ia mengerti apa yang ia ceritakan soal kematian dan kebangkitan Yesus? Apakah ia benar2 mengerti tugas yang diberikan? Mungkin ia perlu memanggil orang tuanya dan menerangkan soal proyek itu. Malam itu, tempat cuci piring di dapur Doris mampet. Ia memanggil pemilik rumah dan menunggu sejam sampai ia datang melancarkannya kembali. Setelah itu ia masih harus belanja makanan, menyeterika blusnya, dan menyiapkan ujian perbendaharaan kata untuk esok harinya. Ia samasekali lupa menilpon orang tua Jeremy.

Besoknya, 19 anak2 datang ke sekolah sambil tertawa dan ngobrol, sementara mereka menaruh telur2 ke dalam sebuah keranjang anyaman di meja Nona Miller. Selesai dengan pelajaranan matematika, tiba saatnya untuk membuka semua telur. Dalam telur pertama, Doris menemukan sekuntum bunga. "Ya, tentu saja, sekuntum bunga memang pasti pertanda suatu kehidupan baru," katanya. "Manakala tunas mulai menembus tanah, kita tahu musim semi ada disini." Seorang gadis kecil, duduknya dibaris pertama, melambaikan tangannya. "Itu telurku, Bu Miller," teriaknya penuh semangat.

Telur selanjutnya berisi kupu2 plastik, begitu mirip asli. Doris mengangkatnya tinggi2. "Kita semua tahu bahwa seekor ulat berubah dan tumbuh menjadi seekor kupu2 yang cantik. Benar, ini juga suatu kehidupan yang baru." Si Judy kecil dengan bangga masang senyumnya dan berkata. "Bu Miller, yang itu punya saya lho...." Selanjutnya, Doris menemukan sepotong batu yang ditumbuhi mos, sejenis lumut2an. Iapun menerangkan bahwa mos, juga, menunjukkan kehidupan. Billy berbicara dari belakang kelas itu, bergema bunyinya, "Ya, Papa yang membantuku."

Lalu, Doris membuka telur keempat. Ia agak terperanjat, terkesima... Lho, kok kosong tak berisi... Wah, ini pastilah punya si Jeremy, dan sudah tentu, begitu pasti, pikirnya, ia tidak mengerti instruksi yang diberikan. Ah, seandainya ia tidak sampai lupa menelpon orang tuanya. Tiba2, Jeremy berbicara. "Bu Miller, kok ibu tidak bercerita mengenai telurku?" Doris, yang jadi agak bingung, menjawab, "Tapi Jeremy, telurmu ini kan kosong?" Ia memandang ke dalam matanya dan perlahan sekali suaranya keluar, "Yah, tapi kubur Yesus kan juga kosong." Waktu seakan berhenti.

Ketika ia bisa ber-kata2 lagi, Doris menanyainya, "Dan, tahukah kamu mengapa kuburan itu kok kosong?" "Oh, iya, iya.." ujar Jeremy, "Yesus dibunuh dan ditaruh disitu, lalu Bapaknya membangkitkan Dia." Bel istirahat berbunyi. Sementara semua anak2 berdesakan lari2 keluar kehalaman, Doris menangis. Rasa dingin dalam hatinya mencair hilang seluruhnya.....

Tiga bulan kemudian, Jeremy meninggal. Mereka2 yang berbela sungkawa ke rumah duka diherankan ketika melihat 19 telur2 di atas peti matinya, semuanya kosong.


From: Rick & Monica Valdes
Shared by Joe Gatuslao -- Philippines



Minggu, 10 Juli 2011

Belajar Bersama "Keong"

TUHAN memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan. Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak. Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.Aku mendesak, menghardik, memarahinya,Keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf,serasa berkata : "aku sudah berusaha dengan segenap tenaga !"Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka.Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan. Sungguh aneh, mengapa TUHAN memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.Ya TUHAN! Mengapa ? Langit sunyi-senyap.

Biarkan saja keong merangkak didepan, aku kesal dibelakang.Pelankan langkah, tenangkan hati....Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga. Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut. Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing.Aku lihat langit penuh bintang cemerlang.Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini? Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga! Ternyata TUHAN meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah ku alami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya."He's here and with me for a reason"

Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, Haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.
Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat!

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan!

Saat bertemu penolongmu, Ingat untuk bersyukur padanya.
Karena ialah yang mengubah hidupmu!

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih.
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih!

Saat bertemu orang yang pernah kau benci, sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh dan kuat!

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini!

Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, berkatilah dia.
Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia ?

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, berterimakasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu!

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan!

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, berterimakasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati..


Sumber Facebook.com

Selasa, 05 Juli 2011

Menjadi Egois untuk Menjadi Bahagia


Irv dan Maryann sudah menikah 10 tahun. Irv sangat mencintai Maryann, baginya keinginan terkuat adalah membuat Maryann bahagia, sebab bila Mary bahagia Irv juga merasa bahagia.

Dari pandangan orang luar, Irv adalah pasangan ideal. Dari hal memberi rumah, merencanakan liburan akhir pekan, hingga menonton film, Irv selalu memperhatikan opini Mary dan memastikan bahwa keinginan Mary terpenuhi. Terkadang karena kurang informasi, Irv menebak keinginan Mary. Irv selalu berusaha menyenangkan Maryann. Anehnya Mary justru merasa frustasi.

Irv dan Mary kemudian menghadiri workshop menjadi bahagia. Pada sesi menuliskan ‘daftar mimpi’(dream list), Irv dengan mudah dapat menulis daftar yang panjang. Setelah dibandingkan dengan daftar mimpi Maryann, mereka berdua terkejut, isinya nyaris sama. Mereka saling berpandangan dan menyadari sesuatu yang telah terjadi : semua daftar mimpi Irv adalah sesuatu yang disukai Maryann. Inilah masalahnya, Irv tidak tahu mana yang merupakan keinginan murninya, mana yang keinginan istrinya.

Ternyata hal ini bermula sejak masa kecil Irv. Dia meyakini bahwa tugas utama dia adalah menyenangkan ibunya. Karena itu Irv kecil menjadi sangat pandai merasakan keinginan ibunya, tapi tidak untuk keinginannya sendiri. Itulah sebabnya bila Maryann menanyakan keinginan Irv sendiri, Irv tak mampu menjawabnya.

Sejak menyadari hal itu Irv mulai menanyakan kepada dirinya sendiri, apa yang benar-benar ia inginkan? Irv berusaha membuat daftar mimpi dia sendiri. Hal tersulit adalah menghilangkan ide orang lain. Dia terus menanyakan kepada dirinya sendiri, “Apa yang sungguh-sungguh saya inginkan? Keinginan saya. Hanya keinginan saya.”

Selama workshop beberapa hari, Irv memfokuskan perhatiannya untuk menyingkap apa yang benar-benar membuatnya senang dan bahagia. Akhirnya setelah dia membuat dream listnya dan membagikannya ke Maryann, Irv merasa menjadi lebih orisinil daripada sebelumnya. Irv merasa menjadi dirinya sendiri.

Beberapa bulan kemudian penyelenggara workshop tersebut, Rick Foster, bertemu dengan Irv dan Maryann. Mengejutkan, ternyata Maryann menyukai pribadi Irv yang baru. Mary tidak lagi menemui pasangan yang selalu menurut kepadanya. Mary merasa senang mengenal Irv yang lebih asli.

Moril dari cerita di atas adalah kita perlu menjadi diri sendiri. Kita perlu untuk juga melayani diri sendiri. Hidup dengan senantiasa berfokus kepada orang lain adalah hidup yang tidak seimbang. Bukankah salah satu misi kita adalah memenuhi peran kita secara pribadi kepada diri sendiri? Rick Foster, penulis buku How We Choose to be Happy, menamakan hal ini adalah Centrality, suatu sikap berfokus kepada apa yang kita inginkan dan bukan melayani apa yang diinginkan orang lain.

Secara tidak sadar sering kita terlalu memperhatikan keinginan orang lain. Mungkin karena terlalu cinta kepada pasangan. Mungkin juga karena terlalu takut kepada atasan atau senior. Akibatnya kita menjadi peka kebutuhan orang lain namun tumpul terhadap kebutuhan diri sendiri. Untuk hidup seimbang, menjadi ‘egois’ ternyata juga penting. Siapa lagi yang harus bertanggungjawab memikirkan diri kita, kalau bukan kita sendiri?

Mengenal orang lain adalah bijaksana, 
M
engenal diri sendiri adalah pencerahan.


(Lao Tsu)



Sumber Facebook.com

Minggu, 03 Juli 2011

Kupu-kupu yang Tak Bisa Terbang


DI sebuah ranting pohon, tampak sebuah kepompong yang bergoyang halus. Seolah kupu-kupu yang ada di dalamnya telah siap untuk terbang kea lam bebas dan menjalani hidup yang sesungguhnya.
Seorang lelaki muda memperhatikan proses langka itu. Perlahan-lahan kantung kepompong mulai terkoyak, member celah bagi kupu-kupu kecil untuk keluar. Namun, kupu-kupu kecil itu tampak kesulitan melepaskan diri dari kepompong yang telah lama membungkus badannya. Celah yang terbuka sangat sempit. Pemuda itu merasa kesulitan, dan kemudian dia mengambil gunting.
Ia memotong kepompong itu agar celahnya menjadi lebih besar, agar kupu-kupu kecil itu mampu keluar dengan lebih mudah. Dan memang benar, tak lama kemudian, kupu-kupu kecil itu mampu keluar dengan lebih mudah. Dan memang benar, tak lama kemudian, kupu-kupu itu berhasil keluar dari kepompong.
Namun setelah keluar, kupu-kupu itu berjalan tertatih-tatih. Ia tampak lemah dan rapuh. Sayapnya terkulai lemas dan terseret-seret dalam setiap langkah. Pemudia it uterus memperhatikan kupu-kupu itu dan berharap bahwa sebentar kemudian sayap kupu-kupu itu akan menjadi kokoh. Ia ingin melihat kupu-kupu itu terbang bebas ke udara. Dia terus barharap dan pandangannya melekat kuat ada kupu-kupu lemah itu.
Beberapa kali kupu-kupu itu berusaha mengangkat dan membentangkan sayapnya, tapi sayap itu terlalu lemah, dan akhirnya kembali terkulai di tanah. Pemuda kecil itu mulai cemas. Kupu-kupu yang ditolongnya tak kunjung bisa terbang. Semakin lama bukannya sayap-sayap itu makin kuat, justru kupu-kupu itu semakin lemah. Kupu-kupu itu kini hanya tergolek lemah di tanah, dan akhirnya ia tak bergerak sama sekali, dan mati.
Pesan Cerita: Segala sesuatu dalam hidup ini membutuhkan proses. Untuk menjadi pintar kita harus melalui proses pendidikan yang panjang, untuk menjadi bijak kita harus melalui proses belajar dari pengalaman. Bahkan seeokor ulat sebelum menjadi kupu-kupu, ia harus melalui proses inkubasi di dalam kepompong.
Jangan meremehkan sebuah proses karena dengan melalui proses yang alami itula kita mejadi kuat dan sempurna. Kupu-kupu akan bermetamorfosis dengan sempurna setelah melalui proses inkubasi yang utuh. Jangan mendahului sesuatu yang belum saatnya, jangan mencari jalan pintas untuk sebuah proses yang seharusnya panjang, karena itu semua justru akan membuat kita rapuh dan layu sebelum saatnya.


Sumber Facebook