Jumat, 14 Oktober 2011

Berdoa Bukan Untuk Menang

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsingkan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalurl lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo…ayo…cepat…cepat, maju…maju”, begitu teriak mereka. Ahha… sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu disehkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Mark terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Mark.

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Renungan :

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.


Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan- Nya, dan panduan-Nya? Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat.


Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya agar tetap setia dan percaya kepadaNya..

Sumber Facebook

Minggu, 28 Agustus 2011

Kisah Pohon Apel


Suatu ketika, sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yg senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, n tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel. Demikian kian pula pohon apel sangat mencintai anak itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar n tidak lg bermain-main dgn pohon apel setiap harinya. Suatu hari, ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

Pohon apel : ayo kesini, bermain-main lg dgnku
Anak kecil: aku bukan ank kecil yg bermain-main dgn pohon lagi. Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tidak punya uang untuk membelinya.
Pohon apel : duhh, maav akupun tak punya uang. Tetapi, kamu dpt mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan sukacita. Namun, setelah itu anak lelaki itu tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

Pohon apel : ayo, bermain-main denganku lagi.
Anak lelaki : aku tak punya waktu, aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tinggal. Maukah kau menolongku?
Pohon apel : duhh, maav aku pun tal punya rumah.tapi, kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat sukacita menyambutnya.

Pohon apel : ayo, bermain-main lagi denganku.
Anak lelaki : aku sedih. Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi libur dan berlayar. Maukah kau memberiku sebuah kapal untuk pesiar?
Pohon apel : duhh, maav aku tak punya kapal. Tapi kau boleh memotong batang tubuhku untuk membuat kapal yang kau mau. Pergi berlayar dan  bersenang-senanglah.

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkan. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, ank lelaki itu datang serelah bertahun-tahun kemudian.

Pohon apel : maav anakku. Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.
Anak lelaki : Tak apa. Akupun sdh tak memiliki gigi untk menggigit buah apelmu.
Pohon apel : aku juga tak memiliki batang dan dahan yg bisa kau panjat.
Anak lelaki : sekarang aku sudah terlalu tua untuk itu.
Pohon Apel : (sambil menitihkan air mata) aku benar2 tak memiliki apa2 lagi yg bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yg sudah tua dan sekarat ini.
Anak lelaki : aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang. Aku hanya memerlukan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.
Pohon apel : oohhh.. bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring dipelukan akar-akar dan beristirahatlah dengan tenang.
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air mata.
***
Ini adalah cerita ttg kita semua. Dan pohon apel adalah orang tua kita. Ketika kita masih kecil kita, kita senang bermain dengan papa dan mama kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datng ketika kita memerlukan sesuatu atau kesulitan. Tak peduli apapun, orang tua kita akan selalu ada disana utk memberi apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kita mungkin berpikir bahwa anak lelkai itu sangat kejam pada pohon apel itu. Namun, begitula cara kita memperlakukan orangtua kita.
Karena itu, cintailah orgtua kita. Sampaikan pada orgtua kita betapa kita mencintai dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikan pada kita.



Sumber Facebook.com

Rabu, 17 Agustus 2011

10 Perintah Tuhan


Seseorang telah menulis kata-kata yang indah.
Mari kita bersama-sama membaca dan berusaha memahami makna yang dalam itu.
Mereka seperti sepuluh perintah untuk mengikuti dalam kehidupan sepanjang waktu.


1 ]  Doa bukanlah sebuah "roda cadangan" yang ditarik ketika dalam masalah, tetapi merupakan "steering wheel" yang mengarahkan ke jalan yang benar.

2]  Mengapa Mobil kaca depan begitu besar & Cermin spion Belakang begitu kecil? Karena MASA LALU kita tidak sepenting MASA DEPAN kita. Jadi, Lihatlah ke Depan dan Move on.
 
3]  Persahabatan adalah seperti BUKU. Butuh beberapa detik untuk membakar, tapi waktu bertahun-tahun untuk menulis.

4]  Segala sesuatu dalam hidup ini sementara. Jika berjalan dengan baik, menikmatinya, mereka tidak akan bertahan selamanya. Jika tidak beres, jangan khawatir, mereka tidak dapat bertahan lama juga.

5]  Teman Lama EMAS! Teman baru Permata! Jika Anda mendapatkan Permata, jangan lupakan Emas! Karena untuk menahan permata, Anda selalu membutuhkan dasar Emas!

6]  Seringkali ketika kita kehilangan harapan dan berpikir ini adalah akhir, TUHAN tersenyum dari atas dan berkata "Tenang, Sayang, itu hanya sebuah tikungan, bukan akhir!

7]  Ketika Tuhan memecahkan masalah Anda, Anda memiliki iman dalam kemampuanNya, ketika Tuhan tidak menyelesaikan masalah anda, sesungguhnya DIA memiliki iman [percaya] dalam kemampuan Anda.

8]  Orang buta meminta St Anthony: "Bisa ada sesuatu yang lebih buruk dari kehilangan penglihatan mata?" Dia menjawab: "Ya, kehilangan visi Anda!"

9]  Ketika Anda berdoa untuk orang lain, Tuhan mendengarkan Anda dan memberkati mereka, dan kadang-kadang, ketika Anda aman dan bahagia, ingatlah bahwa seseorang telah berdoa untuk Anda.

10]  Khawatir tidak akan menghilangkan masalah untuk besok, tetapi mengambil kedamaian anda hari ini.

Gbu All.


Sumber Facebook.com